Kenapa Sarkem (Pasar Kembang) Jogja Tidak Ditutup? |
Kenapa Sarkem (Pasar Kembang) Jogja Tidak Ditutup?—
Pasar Kembang atau biasa disebut Sarkem, merupakan tempat lokalisasi
prostitusi yang terkenal hingga ke mancanegara. Hal ini karena
keberadaannya yang sudah ada lebih dari seratus tahun yang lalu, sejak
Pemerintahan Belanda melakukan pembangunan rel dan stasiun kereta api di
Yogyakarta.
Selain itu, Sarkem juga menjadi salah satu wisata yang banyak diminati
turis asing, karena letaknya yang berada di pusat kota dan berdekatan
dengan tempat wisata Kota Yogyakarta yang lain, seperti keraton dan
Malioboro, sehingga turis dapat dengan mudah menjangkau Sarkem.
Hingga saat ini, Sarkem masih aktif menjadi tempat prostitusi dan belum
ditutup oleh pemerintah. Kenapa Sarkem Tidak Ditutup oleh Pemerintah Kota
Yogyakarta? Kali ini Hostel Jogja Murah akan membahas mengenai berbagai hal
yang menyebabkan lokalisasi Sarkem tidak ditutup hingga sekarang.
Menurut sejarah, kegiatan prostitusi di Sarkem sudah ada sejak Pemerintah
Belanda membangun Sasiun Tugu Yogyakarta pada tahun 1884. Saat itu muncul
penginapan-penginapan di wilayah itu akibat pembangunan jalur transportasi
kereta api. Dan perempuan-perempuan pekerja seks pun muncul, awalnya
menjajakan diri pada para pekerja pembangunan rel kereta dan stasiun.
Kemudian, para perempuan pekerja seks tersebut mulai menjajakan diri pada
para pelancong, orang-orang yang baru tiba di Kota Yogyakarta, baru turun
dari kereta yang berhenti di Stasiun Tugu.
Keadaan tersebut menjadi alasan masyarakat yang tinggal di wilayah Jalan
Pasar Kembang dan sekitarnya menjadikan prostitusi sebagai landasan
kehidupan ekonomi mereka. Warga mulai membangun losmen, hotel dan
penginapan. Kemudian bermunculan juga tempat tinggal untuk para pekerja
seks, rumah-rumah makan, dan yang lainnya.
Karena itulah, lokalisasi prostitusi di wilayah Sarkem sulit untuk ditutup.
Karena masyarakat di wilayah itu sudah terlanjur bergantung pada praktek
prostitusi sebagai penggerak roda ekonominya.
Sebenarnya, pemerintah sudah mengupayakan penutupan Lokalisasi Sarkem.
Seperti Perda No. 15/1954 dan Perda No. 18/1954 yang mengatur tentang
penutupan tempat-tempat pelacuran dan pelarangan kegiatan pelacuran di
tempat-tempat umum. Kemudian pada tahun 1974-1976 pemerintah juga sempat
melakukan relokalisasi Sarkem ke tanah pemerintah di wilayah Mrican. Namun
tetap saja kegiatan prostitusi tidak dapat dihilangkan di wilayah Sarkem,
hingga akhirnya pemerintah mencabut keputusan relokasi tersebut.
Beberapa waktu yang lalu sempat beredar berita bahwa Sarkem akan ditutup.
Hal ini karena melihat beberapa kota besar lain di Indonesia telah mulai
menutup tempat lokalisasi di kotanya, seperti Dolly di Surabaya dan
Kalijodo di Jakarta. Namun kemungkinan Sarkem ditutup sangat kecil.
Ada yang berpendapat bahwa Sarkem tidak bisa ditutup karena sejatinya
Sarkem bukan merupakan lokalisasi prostitusi, melainkan wilayah
perkampungan warga. Kebetulan di wilayah itu banyak terjadi praktek
prostitusi. Akan tetapi wilayah tersebut tidak bisa ditutup karena adanya
warga yang juga tinggal di tempat tersebut. Tidak sepert Dolly yang memang
secara resmi menjadi lokalisasi, kegiatan prostitusi di Sarkem sudah ada
dari semenjak sebelum pemerintahan Indonesia berdiri dan tidak pernah
diresmikan sebagai tempat lokalisasi oleh pemerintah.
Apabila Sarkem langsung ditutup, kemungkinan yang paling menderita adalah
warga yang tinggal di wilayah Sarkem yang menggantungkan ekonominya pada
kegiatan prostitusi, seperti pemilik losmen dan yang lainnya. Karena itu,
penutupan bukan merupakan upaya terbaik untuk mengurangi prostitusi di
wilayah Sarkem ini.
Kalau kamu ingin tahu lebih mengenai Pasar Kembang atau Sarkem, kamu bisa baca artikel Mengulik Sejarah Pasar Kembang Jogja.
Rate this posting: {[['']]}