Mengulik Sejarah Pasar Kembang Jogja Malam Hari |
Mengulik Sejarah Pasar Kembang Jogja Malam Hari—
Pasar Kembang atau biasa disebut Sarkem sudah menjadi legenda masyarakat
Yogyakarta, bahkan mungkin sudah terkenal di mancanegara. Bagi yang belum
tahu, Sarkem dikenal sebagai wilayah lokalisasi prostitusi di Yogyakarta.
Letaknya berada di jantung kota Yogyakarta, bersebelahan dengan Stasiun
Tugu dan Jalan Malioboro.
Kali ini Hostel Jogja Murah akan membahas salah satu wisata malam terkenal
di Yogyakarta ini. Kenapa Sarkem disebut legenda, karena keberadaannya yang
sudah ada sejak zaman Belanda dahulu. Kisah wisata malam ini dapat ditarik
mundur hingga lebih dari 1 abad yang lalu.
Nama Sarkem atau Pasar Kembang sendiri sejatinya adalah nama jalan yang
berada di ujung utara Jalan Malioboro, atau di sebelah selatan Stasiun
Tugu. Secara administratif wilayah ini merupakan bagian dari Kecamatan
Gedong Tengen, tepatnya berada di RW Sosrowijayan Kulon. Nah tapi pada
akhirnya masyarakat lebih sering menyebut RW Sosrowijayan Kulon ini sebagai
wilayah Sarkem atau Pasar Kembang. Selain itu ada juga yang menyebut
wilayah ini dengan nama Gang 3. Hal ini karena asal mula Sarkem dimulai
dari gang ketiga dari arah timur Jalan Pasar Kembang.
Pada masa lalu, awalnya daerah ini dikenal dengan nama Balokan. Pada tahun
1884, Pemerintahan Belanda melakukan pembangunan jalur kereta api yang
menghubungkan kota-kota di Jawa, seperti Batavia, Bogor, Cianjur, Cilacap,
dan Surabaya. Yogyakarta juga termasuk kota yang dilalui jalur kereta itu.
Oleh karena itu dibangunlah rel dan Stasiun Tugu di jantung kota
Yogyakarta, dekat dengan Jalan Malioboro. Saat itu seluruh bahan material
untuk pembangunan rel dan stasiun ditempatkan di wilayah dekat dengan Jalan
Malioboro. Sehingga akhirnya wilayah tersebut dikenal dengan nama Balokan.
Perubahan nama wilayah dari Balokan menjadi Pasar Kembang adalah karena
banyak bermunculannya penjual kembang yang membuka kios di sepanjang jalan
pada tahun 70-an. Namun praktek prostitusi sudah muncul sejak era
pembangunan rel kereta api. Pada masa pembangunan rel kereta, mulai banyak
bermunculan penginapan-penginapan untuk para pekerja. Dari situlah muncul
wanita-wanita yang bekerja melayani para pekerja pembangunan rel kereta.
Pemerintah pernah secara resmi pernah melarang praktek prostitusi di
wilayah Sosrowijayan Kulon ini pada tahun 1976. Namun hingga sekarang,
wilayah Sarkem ini tetap menjadi menjadi lokalisasi populer di Yogyakarta.
Hal ini karena letaknya yang strategis, yaitu di jantung Kota Yogyakarta,
dan berdekatan dengan berbagai tempat wisata lain di Kota Yogyakarta
seperti Malioboro, Keraton, dan Taman Sari, sehingga mudah dicapai turis
dan menjadi salah satu destinasi yang paling diminati oleh turis
mancanegara.
Selain itu juga karena keberadaannya yang sudah ada dari dahulu, sehingga
sebagian besar masyarakat Sarkem telah menggantungkan perekonomiannya pada
sektor layanan yang mendukung kegiatan prostitusi, seperti menyewakan
penginapan, tempat tinggal untuk pekerja seks, dan lain sebagainya.
Saat ini Pemerintah Yogyakarta, dalam hal ini Sri Sultan Hamengkubuwono X,
menghendaki wilayah Sarkem untuk dikembangkan sebagai wisata yang
menghadirkan kesenian tradisional dan oleh-oleh khas Yogyakarta.
Pengembangan wilayah Sarkem sebagai wisata prostitusi dengan tegas ditolak
karena dianggap bertentangan dengan ruh keistimewaan Yogyakarta.
Kalau kamu ingin lebih tahu mengenai Pasar Kembang atau Sarkem, kamu bisa baca artikel Kehidupan Nyata di Balik Pasar Kembang.
Rate this posting: {[['']]}